Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan Hari Santoso mengatakan, degradasi lahan di Indonesia menunjukkan angka yang memprihatinkan. Kendati begitu, ia menilai itu bukan hal aneh.
"Sebanyak 30 juta hektar lahan kita terdegradasi. Kita punya masalah besar terhadap hal itu, tetapi degradasi lahan di Indonesia bukan lagi hal aneh," kata Hari, di sela UNCCD Asia-Fasific Regional Consultation Meeting Preparatory to COP-10, Bali, 14 September 2011.
Hari mengatakan, ada tiga daerah di Indonesia yang rawan dengan degradasi hutan dan lahan. "Tiga daerah yang rawan itu adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah," paparnya.
Oleh karena itu, kata Hari, pemerintah pusat dan daerah terus berupaya melakukan reboisasi hutan di sana. "Kita terus berupaya melakukan kegiatan reboisasi hutan termasuk menanami tanaman pada lahan tersebut," ucapnya.
Di daerah NTT, dengan kondisi geografisnya yang kering terutama pada kawasan rawan degradasi hutan, kalau dibiarkan begitu saja, maka akan menjadi padang pasir. "Jika sampai terjadi, daerah tersebut akan sangat sulit untuk menanami tanaman pohon. Oleh karena itu secara berkesinambungan perlu dilakukan reboisasi hutan," ujar Hari.
Langkah yang telah dilakukan pemerintah, kata Hari, adalah melakukan pembibitan tanaman melalui perberdayaan masyarakat. “Jadi, masyarakat setempat diajak untuk melakukan pembibitan tanaman yang cocok dengan iklim dan daerah itu,” ucapnya.
"Di samping melalui pembibitan tanaman lewat pemberdayaan masyarakat, pemerintah juga melakukan pembibitan secara permanen,” kata Hari. “Memang kalau dari segi kualitas, jelas pembibitan permanen jauh lebih bagus," ucapnya.
Dalam penanggulangan terjadinya degradasi hutan dan lahan, Hari menyebutkan, pihaknya juga melakukan pencegahan, antara lain reklamasi lahan dan menjaga daerah aliran sungai.
"Langkah ini ke depannya harus dilakukan secara terpadu, artinya semua instansi seperti Kementerian Kehutanan, PU dan Kementerian Lingkungan serta pemerintah daerah bersama-sama menyatukan programnya," kata Hari.
Menyinggung kegiatan yang dihadiri dari perwakilan negara Asia-Pasifik tersebut, Hari mengatakan, pertemuan merupakan tindak lanjut dari pertemuan di Rio de Janeiro tahun 1992 yang dikenal dengan pertemuan bumi (Rio Earth Summit).
"Oleh karena itu, pertemuan ini dilakukan secara berlanjut untuk membahas dan menanggulangi ancaman degradasi hutan dan lahan di negara-negara peserta," ucapnya.
Artikel ini diolah dari Google
0 komentar:
Posting Komentar